Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Menerima Ketentuan

Jika kau ingin menjadi yang terbaik, be so.. Jika kau ingin menjadi pemenang, be so.. Jika kau ingin menjadi manusia yang dicintai oleh Tuhan, be so.. ………………………………………………………………………………… Tiap manusia memiliki jalan hidupnya masing-masing. Kita sudah diberikan jalan dan alur hidup yang sesuai dengan kemampuan kita oleh Tuhan. Tidak ada manusia yang bisa mengelak dari perjalanan hidupnya. Segala sesuatu yang terjadi pada kita sudah ter-takdir-kan untuk kita, bukan untuk orang lain, karena Tuhan tidak pernah menukarkan takdir hambaNya. Kita boleh saja mengeluh pada keadaan yang saat ini kita hadapi. Dan itu manusiawi. Kita bukan nabi yang bisa dengan begitu lapang menerima segala ketentuan dari Tuhan. Bahkan pikirku, para Nabi pun pernah mempertanyakan keadaan dirinya pada Tuhan, karena mereka juga manusia.. Sepanjang hidupku, selalu saja ada keluhan yang terucap. Ada saja tindakan yang tidak pasti, bahkan jauh dari kata baik. Aku mencoba memahami semua yang terjadi pada hidupku...
Gambar
Terimakasih untuk diri yang berani berjuang...  by : Kuku  Untuk semua kalimat, paragraf, kata, apa pun itu, aku ingin berterima kasih padamu. perjuangan yang tidak pernah berhenti. kau begitu setia menemani, membersamai di saat jatuh dan naik. di saat terluka dan bahagia. di saat aku merasa tak mampu dan tak sanggup lagi menghadapi perjalanan, kau membantu untuk menguatkan. meneguhkan langkah-langkah kecil untuk sekali lagi menjalani apapun yang terjadi di depan saat ini..  rasanya begitu cepat kau tumbuh. begitu cepat kau menjadi dewasa. rasanya baru kemarin kita bersama bermain boneka dan membaca buku favoritku, "kecapi di kaki bukit." aku saja terkejut ketika menyadari usiaku sudah kepala dua saat ini. apakah kau juga terkejut? ku harap tidak..  Hei.. hari-hari kini semakin berubah. keadaan di sekitar rumah juga berubah. kalau dulu banyak sawah dan tanah lapang yang kita jumpai. kini hanya tinggal beberapa saja yang kau temukan. tapi satu yang t...

Belajar Memahami

Melihat banyak komentar baik di Instagram, Facebook, atau di Twitter, terkait pembacaan puisi oleh ibu Sukmawati. Banyak respon bermunculan. Ada yang hanya biasa saja, ada yang pro terhadap puisi tersebut, bahkan ada juga yang marah. Melihat komentar-komentar di sana, jujur yang terlintas di pikiran saya adalah, ngeri..  Jadi di sini saya mencoba untuk memberikan opini saya terhadap hal tersebut.  Kalau saya, "mencoba mengerti" dengan apa yg di "pikirkan" oleh bu sukma. Mungkin puisi tersebut ditulis, diawali dari kegalauan beliau melihat kondisi sosial budaya di  Indonesia saat ini. (Biasanya, baik itu penulis, komedian, bahkan peneliti, berangkat dari pertanyaan-pertanyaan dan kegelisahannya  terhadap  suatu fenomena atau kejadian, hingga akhirnya menuliskan pandangannya melalui sebuah karya). Dulu kita lihat, keseharian wanita Indonesia di Jawa, cenderung menggunakan sanggul atau konde. Bahkan di beberapa buku-buku bacaan dulu, banyak gambar ibu menggu...