Belajar Disiplin dari Negara Jerman

source : google picture 

Eropa merupakan benua yang berisikan negara-negara masyhur dan sudah maju sejak dulu. Contohnya adalah negara Jerman. Jerman merupakan suatu negara yang mengedepankan disiplin. Baik itu disiplin terhadap waktu, disiplin dalam berbicara, serta disiplin dalam bekerja. Itulah sebabnya mengapa Jerman sangat maju baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan bahkan industri. Jerman memang sejak dahulu sudah menerapkan kedisiplinan, contohnya saja ketika seseorang akan berangkat bekerja, maka masyarakat di sana harus on time pada saat menunggu bis. Karena telat 2 menit saja kita sudah tertinggal, dan tidak ada lagi bis yang lewat. Di samping itu, membuang sampah sembarangan dan menggunakan symbol-symbol yang dilarang oleh negara Jerman, sangat diperhatikan. Apabila seseorang melanggar peraturan tersebut, sanksi atau denda yang diberikan sangat besar. Oleh sebab itu mengapa tindak kriminal sangat jarang terjadi di negara Jerman.

Tingkat keamanan pun sangat ketat di Jerman. Contohnya saja ketika kita parkir sepeda di seberang jalan, tidak akan ada yang mencuri sepeda tersebut meskipun sepeda dalam keadaan tidak terkunci. Di lain hal, bisa di lihat dari tingkat kedisiplinan dalam berjualan. Di Jerman, pedagang asongan atau pedagang kaki lima tidak diberlakukan. Itu merupakan upaya pemerintah setempat untuk menghindari berbagai macam dampak buruk dari berjualan sembarangan. Negara Jerman sangat peduli dengan kebersihan dan keamanan makanan. Ketika ada toko yang baru dibuka saja, makanan yang dijual akan diperiksa terlebih dahulu, apakah makanan tersebut tidak berbahaya untuk kesehatan dan bisa dikonsumsi oleh masyarakat. Baru kemudian makanan tersebut diperbolehkan untuk dijual.

Jadi, bisa kita lihat bahwa sangat jauh tingkat kedisiplinan kita sebagai bangsa Indonesia dengan negara Jerman. Di Indonesia banyak sekali masyarakat yang belum menyadari pentingnya kebersihan lingkungan dan makanan. Kita tidak segan membuang sampah sembarangan baik itu ketika sedang makan di jalan atau bahkan ketika berada di mobil. Kemudian banyak pedagang kaki lima yang menjual makanan yang tanpa kita sadari sebenarnya berbahaya untuk kesehatan tubuh, karena hal itu bisa disebabkan oleh debu jalan yang berterbangan, lalat yang hinggap di atas makanan, bahkan juga banyak hewan yang berkeliaran di sekitar jalan berjualan.

Kemudian dalam hal mengantri. Pernahkah kita melihat suasana antri yang kondusif ? mungkin jarang kita melihat hal seperti itu di Indonesia. Yang sangat jelas terlihat yaitu banyak sekali masyrakat saling dorong dan menyalip karena tidak ingin mengantri panjang. Hingga akhirnya aksi dorong-mendorong tersebut menimbulkan keramaian dan kesalahpahaman. Akibatnya banyak keributan dan berujung pada perkelahian. Kurang lebih seperti itulah cerminan masyarakat kita yang belum menyadari arti penting dari disiplin. Seharusnya fenomena tersebut menjadi teguran untuk masyarakat Indonesia, bahwa kita merupakan negara yang notabene menjunjung tinggi toleransi, tenggang rasa, disiplin, menghargai sesama, menghargai lingkungan, cinta kebersihan, namun pada kenyataannya masih belum bisa memberikan bukti nyata terhadap hal-hal kecil seperti itu.

Untuk itulah perlu kita belajar dari negara-negara yang kita anggap sebagai negara liberal, namun ternyata lebih mengedepankan nilai-nilai positif daripada kita yang memang menganut pancasila yang berisikan nilai-nilai positif, akan tetapi hasilnya berbanding terbalik dengan isi pancasila dan amanat undang-undang.
            
Belajar bukanlah “melulu” dengan hal-hal yang besar. Akan tetapi belajar dari hal kecil juga sangat penting. Karena dari hal kecil itulah akan muncul nantinya masalah yang lebih besar. Kita juga harus berani bercermin dengan negara-negara yang sudah bisa menerapkan kesadaran dalam hal disiplin. Jika kita selalu angkuh dan tidak bisa bercermin, maka kehancuran sudah jelas akan menghampiri negara Indonesia. Jadi marilah kita melestarikan budaya disiplin dalam hal apapun, terlebih disiplin waktu dan lingkungan sekitar kita. Sampai kapan negara Indonesia menjadi negara berkembang dan tertinggal jika dari kedisiplinan saja kita belum bisa. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Affandi, Lukisan dan Unsur Kemanusiaan

Mengenal Polusi Cahaya