(tentang) dunia pendidikan kita

https://www.google.com/search

"....karena pendidikan layak bagi siapa pun"


tidak ditampikkan, bahwa pendidikan merupakan salah satu pilar yang sangat penting untuk kehidupan manusia. karena melalui pendidikan, seseorang mampu memahami kehidupan itu sendiri. tidak dipungkiri pula, bahwa pendidikan adalah salah satu hal dasar yang harus dimiliki oleh manusia. 

pendidikan adalah hak setiap manusia. siapapun mereka, darimana pun asalnya, tetaplah pendidikan merupakan hak dasar manusia, layaknya hak untuk hidup.

melihat pendidikan saat ini, terlebih di Indonesia, jujur membuatku miris. di sepanjang perjalananku menempuh pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak, SD, SMP, SMA, hingga saat ini menjadi mahasiswa, jarang aku melihat "pendidikan" yang seutuhnya. yang saya maksud dengan pendidikan seutuhnya di sini adalah, semakin tinggi tingkatan sekolah, semakin aku merasakan pendidikan seolah hanya dijejalkan saja di dalam kepalaku. mungkin di antara semua tingkatan pendidikan, yang paling berkesan adalah masa taman kanak-kanak. mengapa ? karena di masa itu masa yang imajinatif. penuh dengan kreatifitas (meskipun saat itu aku belum mengenal apa itu kreatifitas). guru-guru yang mengajar dengan penuh semangat, membuat siswa menjadi riang. ditambah dengan metode yang selalu bervariasi. misalnya, kami diajak menggambar, mewarnai, membentuk rumah atau apapun menggunakan lilin mainan, pasir, kotak, dan sebagainya. taman kanak-kanak lah yang pada dasarnya menerapkan pembelajaran, bermain sambil belajar

dari sana terlihat bahwa belajar begitu menyenangkan. siswa tidak dituntut dengan banyak hal yang pada akhirnya tidak digunakan kelak. taman kanak-kanak seolah membuka ruang yang sangat luas bagi siapa saja untuk menuangkan apapun yang ia sukai, minati dan cintai. bagi yang senang menggambar, maka dihidupkan daya imajinasi mereka. bagi yang suka menulis, berbicara, menyanyi, menari, semuanya disediakan oleh guru, bahkan siswa bebas melakukan apa yang mereka inginkan, tanpa ada yang menghambat kreatifitas mereka. buktinya, banyak kita jumpai coretan-coretan yang menempel di dinding, baik itu gambar, rangkaian huruf, lilin mainan, tulisan, serta banyak lagi. semua itu menunjukkan bahwa guru membuka ruang kepada siswa untuk berkreasi. apapun itu, tanpa ada sekat. 

namun ketika memasuki tingkatan yang selanjutnya, semangat awal terasa menggebu-gebu. namun beberapa minggu atau bulan setelahnya, rasa bosan, malas, ngantuk, jenuh, entah darimana datangya, membuat sekolah menjadi terasa membosankan. ditambah dengan tuntutan sekolah yang begitu padat. mulai dari nilai standar yang harus bagus. tidak boleh ada nilai merah, tugas sekolah yang seolah tidak ada habisnya, dan banyak hal lainnya. saya tidak mengatakan bahwa pendidikan di tingkatan setelah taman kanak-kanak tidak penting, bukan itu maksud saya. melainkan, semakin tinggi, daya imajinatif siswa, waktu mereka berkreasi, bereksplorasi, serta menumbuhkan minat pada bidang ia memang suka dan kuasai, seolah mengendur pada fase ini. mengapa ? karena siswa diberikan ruang sedikit saja untuk itu. misalnya, siswa sekolah dari pkl 07.00 hingga siang. jika SMA hingga sore. dalam proses belajar di sekolah, adakah yang bisa menjamin bahwa semua siswa di sana merasa bahwa ilmu yang dipelajari sampai pada pemahamannya ? adakah yang bisa menjamin bahwa siswa merasa senang dan gembira setiap kali dihidangkan dengan pelajaran demi pelajaran yang seolah tiada henti masuk ke dalam otak mereka ? pernahkah kita berkata, apa yang kau pikirkan nak. apakah kau merasa senang ? 

belum lagi dengan lingkungan sekolah siswa. atau sikap guru, serta teman sebaya. misalnya siswa A tidak terlalu bisa dalam bidang eksakta namun pintar dalam bidang olahraga dan seni. sedangkan siswa B sangat pintar dalam bidang eksakta dan beberapa pelajaran lain. bisa tidak kita memastikan, guru akan memberikan apresiasi kepada kedua siswa tersebut ? bisakah kita menjamin tidak ada diskriminasi dan pujian yang berat sebelah dari guru kepada salah satu siswa tersebut ? hampir kebanyakan dari guru, bahkan dosen sekali pun, atau orang-orang awam termasuk orangtua, cenderung melihat angka, nilai akhir, daripada proses dan kemampuan yang sebenarnya dimiliki oleh siswa. jika salah seorang siswa mendapat nilai jelek, tidak bisa ditutupi orangtua akan marah, menuduh anaknya tidak pernah belajar, malas, tidak patuh, hingga akhirnya mengeluarkan kata "bodoh". 

berbeda pula dengan siswa yang belajar di sekolah yang bagus dengan berbagai fasilitas, dengan sekolah yang biasa saja, bahkan sekolah dari daerah terluar Indonesia. sudah bisa dibayangkan bagaimana perbedaan yang ditimbulkan. hal ini terlihat jelas di perguruan tinggi. siswa kota yang seolah sangat pintar, modern, berwawasan luas, menjadi salah satu perhatian dosen. berbeda dengan mahasiswa dari luar yang terlihat kuper, bodoh, dan tidak modern sama sekali, yaah anda tau sendiri maksud saya. meskipun tidak semua dosen bersikap seperti itu. namun lingkungan antar sesama mahasiswa, mungkin akan lebih sulit. mahasiswa lebih sering membentuk kelompok kecil dan bergaul dengan sesama kelompoknya. kemana-mana selalu bersama. dan bagaimana dengan mahasiswa yang membutuhkan sosok teman ? belum lagi dengan tugas kelompok, tugas kuliyah, keuangan yang semakin banyak, buku-buku dan praktikum, dan lain-lainnya. akibatnya ? mereka putus asa, merasa kalah lebih dulu, tidak ada yang menyukainya, serta banyak pikiran negatif lainnya. akibatnya apa ? mereka memilih bersama dengan lingkungan yang tidak baik, membolos, tidak mengerjakan tugas, bahkan ada yang sampai melakukan bunuh diri. 

tidakkh kita berfikir, tanpa kita sadari, dari sikap kita melahirkan dampak yang luar biasa besar kepada sesama. dan siapa yang tau, dampak yang kita berikan positif atau negatif. oleh karena itu, saya merasa miris melihat angka pembunuhan, bunuh diri, pengguna dan pengedar narkoba, serta tindak kriminal lainnya, lahir dari para pemuda. dimana pada dasarnya, pemuda lah yang seharusnya membangun bangsa ini menjadi lebih baik. 

ingin ku lihat pendidikan yang sesungguhnya. persahabatan yang sesungguhnya. karena tidak ada dari kita yang bisa memastikan, bahwa kita akan menjadi yang baik atau yang buruk. hanya hati dan kita sendiri yang bisa mengarahkan dan memfokuskan diri, apakah kita kuat untuk bertahan, dan kuat untuk memajukan diri. 

sahabatku, majulah. majukan dirimu. belajarlah seperti engkau berada di taman kanak-kanak. penuh tawa dan canda. hidupkan imajinasimu. keluarkan kreatifitasmu. meskipun ditengah badai sekalipun, jangan sampai kau lepaskan mimpi dan harapan, yang telah kau pegang erat-erat.. 
www.google.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar Disiplin dari Negara Jerman

Affandi, Lukisan dan Unsur Kemanusiaan

dalam diam mu..